Thursday, 6 December 2012

Sex Education Dalam Kurikulum Sekolah


Sex Education Dalam Kurikulum Sekolah
Dewasa ini, arus modernisasi dan globalisasi tidak hanya mewabah dalam dunia fashion namun juga dalam dunia pergaulan. Pergaulan identik dengan remaja karena  notabenenya sebagai generasi muda yang masih mencari jati diri dan cenderung suka menjalin hubungan dengan lawan jenis atau "pacaran". Pada umumnya pacaran sudah tidak ada batasan dan tidak memandang norma agama, aturan, serta terkesan apatis terhadap dampak yang ditimbulkan dari pergaulan bebas. Ditambah lagi dengan pola hidup westernisasi yang kemudian diadaptasi dalam budaya Indonesia terutama dalam hal bergaul. Pergaulan bebas inilah yang mendorong maraknya seks bebas (free sex) yang sepertinya sudah menjadi "virus" mewabah di kalangan remaja terutama pelajar. Ini merupakan problema yang serius dan dibutuhkan atensi atau perhatian dari orang tua terkait pergaulan anak-anak remajanya. Pergaulan bebas jelas memberikan implikasi negatif terhadap pola perkembangan remaja, sehingga kuantitas dan kelahiran anak yang lahir tanpa ayah pun meningkat. Banyak spekulasi muncul yang mengatakan bahwa berpacaran tanpa berhubungan seks seperti sayur tanpa garam, tidak ada romantisme dalam berpacaran. Jelas, perspektif semacam itu salah karena sejatinya menjalin hubungan dengan lawan jenis adalah saling mengenal antara pribadi masing-masing, itulah esensi sebenarnya.
            Berdasarkan survei kesehatan reproduksi remaja oleh Badan Pusat Statistik (BPS, 2009) terhadap 10.833 remaja laki-laki, sebanyak 72% sudah berpacaran yang diantaranya 10,2% telah melakukan hubungan seks diluar nikah dan 61,8% telah melakukan petting. Sementara survei kepada 8.340 remaja perempuan, 6,3% atau sekitar 526 orang telah berhubungan seks. Dengan data kuantitatif seperti itu, perlu adanya sex education (pendidikan seks) terhadap para remaja terutama pelajar yang dinilai paling rentan masuk ke dalam lembah perzinahan yang merupakan enemy of civilization atau musuh peradaban dan target yang paling tepat dalam mensosialisasikan pendidikan seks. Menurut Davis (1971),            informasi yang tidak sehat pada usia remaja mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Mengingat semakin maraknya seks bebas di kalangan remaja, ada  3 faktor urgensi atau pentingnya pendidikan seks di sekolah.
            Pertama, memberikan pemahaman terhadap seks kepada pelajar bahwa seksualitas merupakan bagian dari kehidupan yang normal dengan cara-cara yang baik dalam berhubungan seks sesuai dengan norma agama, norma hukum, serta aturan. Menurut Federasi Kehidupan Keluarga Internasional (1992) mengemukakan bahwa memahami seksualitas sebagai bagian dari kehidupan yang esensi dan normal. Lantas jika ingin memberikan memberikan pemahaman seksualitas terhadap remaja, langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mensosialisasikan sex education yang baik di sekolah. Sosialisasi ini bisa dilakukan dalam bentuk pelajaran tambahan yang dimasukkan dalam kurikulum baru di sekolah sehingga diharapkan mampu meminimalisir angka free sex dan memberikan pengetahuan baru akan bahanya seks bebas. Peran orang tua juga sangat diperlukan dalam pembentukan kepribadian anak-anaknya.
            Kedua, memberikan edukasi/pendidikan kepada pelajar tentang seks yag sehat. Hal ini dapat ditempuh melalui kurikulum sekolah yang dimasukkan ke dalam studi yang berkaitan dengan aspek biologis, seperti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
            Ketiga, pendidikan seks yang dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah harus berhubungan dengan ajaran Al-Qur'an dan Hadist dan penyampaiannya ketika jam belajar sekolah. Selain itu, dimasukkannya kurikulum pendidikan seks di sekolah harus dipahami sebagai upaya keras untuk mendidik generasi penerus bangsa tentang seksualitas dan bukan berarti sekolah mengambil porsi orang tua untuk mendidik karena sangat ironis melihat pergaulan yang tidak sehat di kalangan kaum pemuda saat ini.
Ada beberapa pendapat yang bilang, ”sex education” memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di sekolah menengah, apalagi siswa pada ini adalah masa pubertas. Pendidikan SeksSex education” sangat perlu sekali untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak-dampak negatif lainnya.


No comments:

Post a Comment